Salah satu dosa besar saya selama menjadi Guru adalah bentuk tes yang saya gunakan saat melakukan asesmen. Selama ini, hanya tes tertulis berupa pilihan ganda yang hampir selalu saya lakukan. Bahkan, saat sumatif akhir semester selalu menggunakan sekian nomor pilihan ganda. Dan ini yang dijadikan dasar untuk memberi nilai kenaikan kelas. Ampunilah dosa-dosaku ini..

Dengan memberi tes pilihan ganda seperti yang biasa saya lakukan (tentunya bukan soal seperti yang biasa dibuat oleh ahli pengukuran, yang dites validitas dan reliabilitasnya terlebih dahulu) ternyata memberi sinyal kepada anak didik saya bahwa yang penting bagi sekolah ini adalah seperangkat pengetahuan atas begitu banyak materi. Mungkin ditambahkan beberapa pengetahuan tentang prosedur melakukan sesuatu. Penalaran, pemecahan masalah, kerja kolaborasi, atau menulis secara efektif bukanlah hal yang penting untuk kalian. Kira-kira, itulah pesan yang diterima siswa-siswa saya selama ini. Ide dan kreativitas dari siswa sepertinya haram, ya . Sedih memang.

Sudah berapa tahun saya jadi Guru? Sekian tahun itu juga saya membuat banyak salah kepada mereka melalui asesmen yang saya lakukan.

Postingan ini bukan berarti mengharamkan atau menjelekkan tes pilihan ganda, karena tes pilihan ganda tetap penting dan diperlukan. Strategi atau metode yang digunakan Guru saat asesmen sangat bergantung dengan tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan dan tujuan dari asesmen itu sendiri. Jadi, ini bukan tentang bentuk tesnya, akan tetapi tentang apa yang saya tes kepada siswa selama ini, apa yang harus mereka miliki setelah belajar dengan saya.