Pengelolaan organisasi seperti sekolah memerlukan partisipasi aktif dari berbagai pihak. Slogan kami: Rencanakan Bersama, Kerjakan Bersama, Awasi Bersama, Evaluasi Bersama menjadi wajib untuk diterapkan. Dua poin pertama sangat lazim terjadi di sekolah, tetapi belum tentu untuk dua poin terakhir, yaitu Awasi Bersama dan Evaluasi Bersama. Pengelolaan sekolah dengan 3T bukan sekedar inovasi. Saya juga mengajukan prinsip dan nilai untuk menjadi inspirasi bagi sekolah lainnya yaitu Together (kebersamaan dan pemberdayaan), Transparent (keterbukaan untuk meraih kepercayaan dan rasa kepemilikan terhadap sekolah), serta Technology (penggunaan teknologi untuk mewujudkan kebersamaan dan keterbukaan). Ketiga hal ini terbukti memberi dampak pada terbentuknya sistem manajemen yang baik dan mendorong Guru dan tenaga kependidikan untuk selalu belajar, berefleksi di tiap pertemuan, melaporkan segera setiap proses dan aktivitas yang menjadi bagian dari program sekolah, memudahkan pengawasan dan evaluasi bersama. Sistem ini telah memberikan pengaruh signifikan terhadap pencapaian tujuan dan lingkungan kerja yang baik (termasuk kinerja SDM dan budaya kerja).
Saya mengalami beberapa situasi di awal bertugas sebagai kepala SMKS Jayanegara Ambon pada pertengahan tahun 2021. Situasi tersebut antara lain isu keterbukaan informasi terkait keuangan sekolah yang berdampak pada partisipasi warga sekolah dalam segala aktivitas, minimnya pencatatan dan pelaporan setiap proses pembelajaran dan program kerja di sekolah yang berdampak pada proses akreditasi sekolah, minimnya proses refleksi pembelajaran, serta perhitungan honor/gaji GTK yang manual dan hanya menjadi beban Bendahara.
Semua situasi tersebut diselesaikan menggunakan pendekatan 3T. Untuk mendapatkan kepercayaan dan partisipasi aktif dari Guru, tenaga kependidikan, siswa dan orang tuanya, saya berkewajiban membuka akses kepada mereka untuk mengawasi dan mengevaluasi. Menggunakan teknologi berupa aplikasi Rapor+ yang saya kembangkan, mereka dapat melihat laporan keuangan sekolah hingga bukti pembayaran dan foto barangnya. Guru juga mengisi refleksi dan mengunggah rencana pembelajaran saat mengisi jurnal di aplikasi JN4B yang dapat dilihat oleh Guru lainnya. Kami bisa berefleksi dan mengevaluasi menggunakan data dari semua Guru, baik sendiri maupun bersama-sama serta kapan saja. Data isian jurnal ini akan diverifikasi oleh Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum sekaligus mengisi jumlah jam pelajaran yang dilakukan. Ini berdampak pada perhitungan honor Guru yang bersangkutan. Tidak ada lagi perhitungan manual oleh bendahara. Tanggung jawab juga terbagi kepada Guru bersangkutan, tidak hanya pada bendahara. Jika Guru tidak mengisi jurnal, maka honornya tidak terhitung. Setiap Guru/kepala sekolah selesai melaksanakan rapat, mengikuti pelatihan, melaksanakan supervisi, melaksanakan program kerja sekolah, dan menyelenggarakan aktivitas komunitas belajar, kami melaporkannya segera dengan mengunggah beberapa foto dan menulis resume kegiatan menggunakan aplikasi SupDev yang dapat dilihat bersama. Melalui fitur penyaringan, memudahkan kami untuk mengawasi dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan tersebut.
Jurnal pada aplikasi JN4B mendorong Guru untuk melakukan asesmen formatif di tiap pertemuan sebagai bahan refleksi. Demikian halnya pada aplikasi SupDev yang mampu merekam dan menyimpan semua aktivitas, termasuk saat melakukan supervisi dan pendampingan. Sekolah kami juga menjadi lebih berintegritas. Saya telah membagikan inovasi ini kepada beberapa komunitas karena ini mudah diterapkan. Saya pribadi tidak paham bahasa pemrograman namun mampu membuat aplikasi yang akan tumbuh sesuai regulasi dan kebutuhan sekolah.
Recent Comments